Indonesia
atau yang sering disebut sebagai Nusantara adalah tempat hidup dan bernaungnya
jutaan manusia Indonesia dengan puluhan ribu suku bangsa dan budaya di
dalamnya. Bangsa yang terbentuk melalui sejarah panjang penjajahan atau
kolonialisme bangsa barat (seperti Belanda, Inggris, dan Portugis) ini
seolah-olah memiliki wujud keindahan batin maupun lahir yang membuat bangsa
luar ingin memiliki dan mengakuisisi sepenuhnya.
Kergaman
budaya dan corak kehidupan masyarakat Indonesia seperti tak using dimakan usia.
Kegagahan, keluhuran budi, kesahajaan, dan keindahannya kian tampak mempesona
sepanjang usia bumi ini. Kekayaan budaya tersebut hampir menjadi panutan
bangsa-bangsa lain di dunia ini. Budaya bangsa Indonesia yang menjadi salah
satu bahan perbincangan dan kajian selama bertahun-tahun oleh bangsa luar
adalah budaya “Gotong Royong”. Budaya ini boleh dibilang sebagai budaya yang
tiada duanya di dunia ini, dan tidak setiap bangsa memilikinya.
Pada tahun 1983 Clifford
Geertz dalam sebuah esainya menyatakan beberapa poin penting dalam budaya
gotong royong yang dimiliki bangsa Indonesia:
An enormous inventory of highly specific and often quite intricate
institutions for effecting the cooperation in work, politics, and personal
relations alike, vaguely gathered under culturally charged and fairly well
indefinable value-images--rukun
("mutual adjustment"), gotong
royong ("joint bearing of burdens"), tolong-menolong ("reciprocal assistance")--governs
social interaction with a force as sovereign as it is subdued.
Kutipan diatas dapat
disimpulkan, sebagai berikut:
Segala
bentuk kelembagaan baik social-politik, professional, maupun masyarakat di
Indonesia selalu bersatu dan mengutamakan wujud rasa penyesuaian diri, saling
bergotong royong memikul beban bersama, maupun tolong-menolong antar sesamanya
seperti sudah terprogram ataupun terdoktirn dengan benar.
Sedangkan
seorang anthropologis Robert A. Hahn menulis:
Javanese culture is stratified by social class and by level of
adherence to Islam. ...Traditional Javanese culture does not emphasize material
wealth. ...There is respect for those who contribute to the general village
welfare over personal gain. And the spirit of gotong royong, or volunteerism, is promoted as a cultural value.
Kutipan diatas dapat disimpulkan,
sebagai berikut:
Budaya Jawa dikelompokkan berdasarkan kelas sosial dan dengan tingkat kepatuhan terhadap agama
Islam. ... Budaya Jawa tradisional tidak selalu menekankan akan kekayaan materi. ... Namun lebih
mengutamakan adanya rasa hormat untuk mereka yang berkontribusi
pada kesejahteraan desa umum diatas keuntungan pribadi. Dan semangat gotong royong,
atau kesukarelaan, selalu
didoktrin dan dicap sebagai nilai budaya mereka.
Hakikat gotong royong sebagai bentuk
kekayaan budaya yang tak ternilai dan tiada duanya di dunia ini. Gotong royong
merupakan suatu bentuk harta yang nantinya dimasa depan akan sangat bernilai.
Sebagai penerus bangsa kita harus lebih mengenal, melakukan,
dan terus menjaga keberlangsungan gotong royong dalam kehidupan mereka baik
pribadi, golongan, maupun di masyarakat luas.
Sudah waktunya pula jika masyarakat Indonesia harus mulai dibangunkan dari tidur panjangnya tentang
kekayaan budaya yang tak ternilai harganya ini, untuk menjaga dan
melestarikannya sampai batas akhir dunia ini. Karena dengan menjaga gotong
royong maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang paling kaya dan paling maju di
antara bangsa-bangsa lain di dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar