Memahami Profil Diri Kita
Profil diri kita cenderung terdiri dari berbagai preferensi nilai tinggi, sedang, dan rendah untuk berbagai jenis cara berpikir cerdas. Perlu untuk diingat bahwa berpikir cerdas adalah memahami tingkat preferensi yang kita butuhkan atau
paling kita kehendaki. Berpikir cerdas tidak mengukur kemampuan kita dalam cara berpikir, meskipun mingkin saja benar bahwa kita adalah individu yang secara alami paling efektif dalam cara berpikir. Perbedaan antara tingkat preferensi dibandingkan tingkat kemampuan adalah salah satu
yang penting.
Contohnya tentang hasil sebuah skor atau
nilai ulangan pada seorang pelajar. Snata umum orang
menganggap bahwa pelajar yang mendapatkan skor atau nilai tertinggi adalah yang
berpikir cerdas dan pasti memperoleh kesuksesan. Namun
hal ini sebenarnya merupakan kesalahan umum dalam mengartikan berpikir
cerdas dan meraih kesuksesan. Bagaimana mungkin
berpikir cerdas dapat diasumsikan dengan hanya seseorang meraih skor yang tinggi. Coba kita lihat terlebih dahulu
bagaimana pelajar tersebut melakukan interaksi dalam dinamika perilakunya sehari-hari.
Seorang pelajar yang
dianggap cerdas adalah yang memiliki jam belajar yang tinggi. Bahkan separuh
waktunya dalam sehari diisi dengan belajar. Pertanyaan yang muncul apakah hal
ini efektif dan berdaya guna dalam kehidupan pelajar tersebut. Memang berguna
akan tetapi kehidupannya kan sedikit tidak normal. Mengapa dikatakan tidak
normal? Coba kita lihat, jika seorang pelajar tadi menghabiskan separuh
waktunya dalam sehari untuk belajar, maka kapan waktu bagi dirinya untuk
berinteraksi. Interaksi sosial inilah yang mampu menjadikan seseorang cerdas
bukan pandai atau pintar. Dengan interaksi sosial seseorang akan melatih
dirinya dalam mengelola hati, pikiran, ucapan, dan bahkan perilaku. Hal ini
dalam ilmu sosial sering disebut sebagi kecerdasan emosional.
Pofil diri seseorang akan terlihat jelas saat
dirinya memiliki kecerdasan pikir dan emosinal. Coba sekarang kita kembali ke
permasalahan pelajar tadi, jika waktunya dihabiskan untuk belajar maka
sangatlah mungkin keberhasilan pengelolaan kecerdasan emosional lewat interaksi
sosial akan sangat tidak mungkin diraih. Maka sepandai/pintar apapun dirinya,
profil diri yang terbaca oleh masyrakat lingkungannya adalah dia bukanlah
seseorang yang istimewa. Dalam pandangan masyarakat istimewa adalah seseorang
yang berpengaruh, berkharisma, serta cerdas secara pikir dan emosional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar