Kamis, 14 Juni 2012

Profil Diri


Memahami Profil Diri Kita
 
Profil diri kita cenderung terdiri dari berbagai preferensi nilai tinggi, sedang, dan rendah untuk berbagai jenis cara berpikir cerdas. Perlu untuk diingat bahwa berpikir cerdas adalah memahami tingkat preferensi yang kita butuhkan atau paling kita kehendaki. Berpikir cerdas tidak mengukur kemampuan kita  dalam cara berpikir, meskipun mingkin saja benar bahwa kita adalah individu yang secara alami paling efektif dalam cara berpikir. Perbedaan antara tingkat preferensi dibandingkan tingkat kemampuan adalah salah satu yang penting.
Contohnya tentang hasil sebuah skor atau nilai ulangan pada seorang pelajar. Snata umum orang menganggap bahwa pelajar yang mendapatkan skor atau nilai tertinggi adalah yang berpikir cerdas dan pasti memperoleh kesuksesan. Namun hal ini sebenarnya merupakan kesalahan umum dalam mengartikan berpikir cerdas dan meraih kesuksesan. Bagaimana mungkin berpikir cerdas dapat diasumsikan dengan hanya seseorang meraih skor yang tinggi.  Coba kita lihat terlebih dahulu bagaimana pelajar tersebut melakukan interaksi dalam dinamika perilakunya sehari-hari.
Seorang pelajar yang dianggap cerdas adalah yang memiliki jam belajar yang tinggi. Bahkan separuh waktunya dalam sehari diisi dengan belajar. Pertanyaan yang muncul apakah hal ini efektif dan berdaya guna dalam kehidupan pelajar tersebut. Memang berguna akan tetapi kehidupannya kan sedikit tidak normal. Mengapa dikatakan tidak normal? Coba kita lihat, jika seorang pelajar tadi menghabiskan separuh waktunya dalam sehari untuk belajar, maka kapan waktu bagi dirinya untuk berinteraksi. Interaksi sosial inilah yang mampu menjadikan seseorang cerdas bukan pandai atau pintar. Dengan interaksi sosial seseorang akan melatih dirinya dalam mengelola hati, pikiran, ucapan, dan bahkan perilaku. Hal ini dalam ilmu sosial sering disebut sebagi kecerdasan emosional.
Pofil diri seseorang akan terlihat jelas saat dirinya memiliki kecerdasan pikir dan emosinal. Coba sekarang kita kembali ke permasalahan pelajar tadi, jika waktunya dihabiskan untuk belajar maka sangatlah mungkin keberhasilan pengelolaan kecerdasan emosional lewat interaksi sosial akan sangat tidak mungkin diraih. Maka sepandai/pintar apapun dirinya, profil diri yang terbaca oleh masyrakat lingkungannya adalah dia bukanlah seseorang yang istimewa. Dalam pandangan masyarakat istimewa adalah seseorang yang berpengaruh, berkharisma, serta cerdas secara pikir dan emosional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar